Wednesday, November 19, 2008

Resiko dan manfaat memulai bisnis setelah pensiun

Oleh Erny Setyawati

Menurunnya penghasilan serta kebutuhan financial yang masih cukup
tinggi setelah pensiun, membuat para pensiunan berpikir untuk memulai bisnis
setelah pensiun. Mungkinkah seorang pensiunan baru mulai business, sedang kondisi
fisik dan kesehatan sudah menurun, walaupun tidak dapat dipungkiri banyak para
pensiunan merasa masih energik dan potensial untuk berkarya.

Rata – rata seorang pensiunan di Indonesia menghadapi tiga hal secara
bersamaan, menurut Adi Waluyo dan Sukatna Panca. M, kusulitan financial, post
power syndrome, dan menurunnya kesehatan secara dratis.

Pada masa sibuk dan aktif bekerja, tidak akan terpikirkan, persiapan yang perlu
dipersiapkan jika pensiun, baik dari segi mental maupun financial. Menjadi trendsetter
saat ini, perusahaan atau instansi pemerintah memberikan pelatihan atau training
entrepreneur karyawannya sebelum pensiun. Ini merupakan terobosan yang bagus,
tetapi akankah semudah itu mengubah minset seseorang, dari mental karyawan menjadi
mental entrepreneur.
Ada beberapa strategi perlu dicermati untuk memulai bisnis setelah pensiun,
1.Memulai bisnis , jauh sebelum pensiun.

Ini bukanlah patokkan harga mati, banyak juga para karyawan memulai bisnis di
masa muda. Mengapa bisnis harus dirintis jauh sebelum pensiun, pertimbangannya
mengubah mindset dari karyawan ke entrepreneur tidak semudah membalikkan tangan.
Membangun bisnis merupakan keniscayaan, bisa sukses atau gagal. Butuh proses
yang panjang untuk mencapai keberhasilan. Idealnya para pensiunan tidak menggantungkan
penghasilan sepenuhnya pada bisnis yang sedang dibangun.

Apa yang dijalankan oleh Suhadi Sukama, bisa menjadi refensi bagi para pensiunan.
Suhadi telah mempersiapkan jauh hari sebelum pensiun. Ia menekuni dunia agrobisnis.
Selama ia bekerja di BUMN Indonesia, telah mempelajari budi daya ayam ras, itik,
serta uji coba bertanam sayur, tanaman hias dan sebagainya. Kini dibawah bendera
Eka Agro Rama, ia menggeluti bisnis terintegrasi penanaman kopi, vanili, tanaman
jati dan ternak domba. Seharusnya bisnis sudah dirintis jauh – jauh sebelumnya.
Bagaimana dengan para pensiunan yang baru memulai bisnis setelah pensiun, mungkinkah!
Tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin di dunia ini, namun ada hal –
hal yang perlu dicermati bagi para pensiunan yang baru pertama kali memulai
bisnis setelah pensiun. Siap untuk berproses, siapkan mental untuk sukses dan
gagal. Menurut Robert T. Kyosaki, penulis buku, Poor Dad and Rich Dad”
, bahwa memulai bisnis, seperti terjun dari pesawat tanpa parasit. Kita harus
menciptakan parasit pada saat terjun, jika gagal, pastilah jatuh. Ingin mulai
lagi, naik pesawat kemudian terjun lagi, sampai berhasil. Kapan keberhasilan
itu akan di dapat, inilah yang perlu dipersiapkan untuk para pensiunan, waktu
itu tidak terbatas. Mampukah para pensiunan menhadapi tantangan ini.

2. Manfaatkan potensi diri dan gunakan modal minimal.

Tidak dapat dipungkiri bahwa mindset seorang karyawan belum berubah pada saat
menapaki dunia pensiun. Sangat tergantung pada gaji bulanan, konsumsitif, cenderung
membelanjakan pada hal – hal yang kurang diperlukan. Mulailah dengan modal
yang minimal, berhentilah berangan – angan memperoleh keuntungan besar
di awal usaha. Galilah potensi diri, hubungkan dengan hobby yang biasa dilakukan
sehari – hari. Kembangkan menjadi bisnis. Mungkin pengalaman Esrin bisa
menjadi inspirasi kita, ia pensiunan salah satu Departemen di lingkungan Pemerintah.
Hobbynya sungguh menggelitik, menyulam. Walaupun yang ditekuni selama bekerja
sebagai programmer, tetapi hobbinya jauh berbeda. “ Passion saya ada di
sulam menyulam. Hidup serasa bersemangat apabila melakukan kegiatan tersebut”,
urainya dengan penuh antusias. Nyaris tanpa modal, cenderung minimal. Esrin
hanya membeli kain kemudian menyulamnya menjadi

ornamen ornamen yang cantik, sehingga mempunyai nilai jual tinggi. Bahkan para
pelanggannya membeli dan membawa kain sendiri, tinggal esrin merancang design
dan menyulamnya. Esrin merekrut beberapa karyawan setelah dilatih beberapa saat.
Walaupun keuntungan dan penghasilan tidak begitu besar, namun membuat Esrin
sangat bahagia untuk mengisi hari – hari pensiunnya.

Bahkan Esrin sempat menelorkan beberapa buku berkaitan dengan sulam menyulam,
yang sempat direspon positip oleh masyarakat. Dari hobi berkembang bisnis, modal
minimal, namun secara psikologis sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa, semangat
hidup serta membuat hidup esrin merasa berarti, karena dapat memberikan lapangan
pekerjaan pada orang lain.

3. Hindari Post Power Syndrome, bekerja sesuai kemampuan.

Gejala umum pasca pensiun adalah Post power syndrome dan menurunnya kesehatan
secare dratis. Perasaan tidak berguna dan merasa tidak ada yang mengacuhkan
lagi adalah gejala ikutan para pensiunan. Apabila perasaan tersebut tidak diantisipasi
dini, akan mempengaruhi kesehatan yang cenderung telah menurun di usia pensiun.
Memulai bisnis di usia pensiun, tidak harus menjadi milyuner atau jutawan, tetapi
minimal potensi diri termanfaatkan dengan baik. Mempunyai skill dan pengalaman
di bisnis yang digeluti sangatlah diperlukan, karena sangat mempengaruhi bisnis
yang akan dikembangkan. Hindari memperkerjakan karyawan di awal memulai bisnis,
untuk menghindari pembengkakan modal. Kerjakan sesuai kemampuan dan kesehatan
anda. Hindari bekerja terlalu keras, karena power anda tidak sekuat muda dahulu.
Pilihan bisnis yang akan ditekuni di saat pensiun, sangat menentukan jalan hidup
anda. Pemilihan bisnis yang keliru, membuat stress Anda bertambah, modal habis
tak berbekas, akhirnya mempengaruhi kesehatan Anda. Pilihan bisnis yang sesuai
dengan pengalaman dan skill Anda, sehingga anda merasa bermanfaat bagi keluarga,
lingkungan dan masyarakat. Perasaan Post power syndrome pun secara bertahap
akan hilang.

4. Manfaatkan jaringan Anda.

Pemasaran atau promosi produk adalah hal yang sangat penting dalam berbisnis.
Para pebisnis senior rela mengeluarkan budget jutaan untuk memasarkan produk
baru. Tujuan pemasaran, disamping membangun brand image juga pengenalan produk,
sehingga orang mempunyai keinginan untuk membelinya. Membangun brand image dilakukan
secara terus menerus disamping senantiasa harus menjaga kualitas produk. Bagi
para pensiunan yang baru memulai bisnis, memang perlu untuk pemasaran produk
ini, tetapi seyogyanya menggunakan modal se efisien mungkin. Pensiunan pejabat,
sangat dimungkinkan untuk memanfaatkan jaringan pada masa aktif bekerja dahulu.
Upayakan untuk mengkoleksi kembali nama, alamat dan nomor handphone rekan rekan
lama atau relasi anda dahulu, rangkumlah menjadi satu database. Kecanggihan
teknologi telekomunikasi dapat dimanfaatkan untuk mengontak kembali dan mengenalkan
produk yang Anda jual. Sebarkan brosur seluas mungkin, untuk menjaring customer
baru. Layani customer Anda dengan sepenuh hati dan tanggapi keluhan mereka.
Dengan demikian customer merasa dihargai. Langkah – langkah tersebut diatas
akan memberikan dampak pada kehidupan Anda secara keseluruhan. Anda merasa dibutuhkan,
merasa tidak kehilangan pekerjaan dan merasa bermanfaat bagi orang banyak.

5. Merekrut karyawan apabila benar – benar membutuhkan.

Merekrut karyawan baru perlu dipertimbangkan, apabila customer Anda mulai berkembang
dan permintaan produk semakin banyak. Kepentingan ini dikaitkan dengan kesehatan
dan tenaga para pensiunan yang mulai menurun, dan tidak mampunya memenuhi permintaan
customer yang meningkat. Perlu dicermati merekrut karyawan mempunyai resiko,
harus memberikan upah dan kesejahteraan lainnya. Pertimbangkan untuk sistim
pengupahannya. Seyogyanya tidak diberikan upah bulanan, tetapi sesuai target
produk yang dihasilkan.



Google












No comments: